Saturday, June 27, 2009

Pelaku bisnis lebih memilih konservatif


Untuk mendapatkan gambaran mengenai ekspektasi pelaku bisnis tahun 2009, Bisnis Indonesia menjaring pandangan para pemilik dan eksekutif perusahaan, melalui Survei ekspektasi ekonomi dan bisnis 2009, yang dilakukan pada kurun 23-31 Desember 2008. Berikut laporan hasil survei tersebut.

Kondisi sosial, termasuk bisnis, pada dasarnya terbentuk akibat keputusan yang diambil dan dijalankan oleh sekumpulan orang. Kondisi yang terjadi memengaruhi penilaian, pemahaman, ekpektasi hingga keputusan lebih lanjut, di mana keduanya memiliki hubungan yang timbal balik.

Kondisi bisnis dapat dibagi atas dua siklus, yaitu resesi dan boom, merujuk pada Pigou dalam Pigou's Theory of cycles (1926). Namun, dalam teori ini ada dua persyaratan yang harus dipenuhi jika hendak mengembangkan satu model siklus Pigou.

Pertama, partisipan harus memperoleh sinyal mengenai produktivitas masa depan yang akan membimbing untuk meningkatkan permintaan investasi. Kedua, peningkatan permintaan investasi harus sesuai dengan peningkatan tenaga kerja, bukan penurunan konsumsi.

Atas dasar itu, survei Ekspektasi ekonomi dan bisnis 2009 ingin mengetahui produktivitas dengan menggunakan lima variabel makro, yaitu tingkat suku bunga, inflasi, pengangguran, harga bahan bakar minyak (BBM), dan nilai tukar rupiah. Survei ini menjaring 57 responden dari pemilik, pemimpin, dan pengelola perusahaan finansial dan nonfinansial di Indonesia.

Sebaran responden adalah pemilik (19,29%), eksekutif puncak perusahaan (CEO/CFO) sebanyak 54,38%, vice president/general manager (17,54%), dan sisanya manager sebanyak 8,77%.

Pembatasan ini agar diperoleh responden yang memiliki pengetahuan dan peran penting dalam pengambilan keputusan dan tindakan bisnis, yang lebih jauh dapat memengaruhi kondisi bisnis pada masa depan. Dengan demikian, jawaban yang diberikan relatif relevan.

Selain itu, lima variabel yang ditanyakan selalu ada dalam konteks bisnis dan ekonomi. Lebih jauh, kondisi variabel itu akan memengaruhi keputusan bisnis.

Hasil temuan

Dari hasil pengolahan data, sebanyak 58,6% responden menyatakan tingkat suku bunga bank [SBI] pada 2009 akan lebih rendah dibandingkan dengan tingkat suku bunga rata-rata pada tahun lalu. Para responden (41,2%) menyatakan penurunan ini disebabkan oleh tekanan suku bunga internasional.

Mengenai tingkat inflasi, para responden (43,1%) menduga akan lebih rendah. Sebanyak 44% responden mengatakan penurunan inflasi itu disebabkan oleh penurunan tingkat suku bunga bank sentral.

Sejalan dengan tren yang sudah terjadi, sebanyak 60,3% responden melihat harga BBM akan menurun. Penyebabnya, 65,7% menyebutkan akibat perubahan struktur permintaan dan penawaran terhadap BBM.

Sebaliknya, sebanyak 46,6% responden memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap US$ akan relatif sama. Penyebabnya, menurut 44,4% pelaku bisnis yang disurvei, adalah tingkat suku bunga bank.

Temuan yang signifikan adalah ekspektasi terhadap tingkat pengangguran, di mana hampir seluruh responden (94,8%) menyebutkan pengangguran akan meningkat akibat penurunan produktivitas perusahaan (lihat tabel 3).

Peran tenaga kerja, selain sebagai penentu produktivitas, sekaligus sebagai konsumen yang membeli berbagai produk yang dihasilkan.

Mengikuti 'law of large number', yaitu kemungkinan kelompok yang lebih besar untuk terjadi lebih besar dari kelompok yang lebih kecil, hasil survei ini dapat diperlakukan sebagai rasional herding (kecenderungan untuk mengikuti suara terbanyak), atau sebagai satu information cascades dalam proses pengambilan keputusan.

Secara kontekstual, jika satu keputusan yang diambil didasarkan pada keyakinan, pemahaman, dan ekspektasinya, penurunan tingkat suku bunga, secara langsung ataupun tidak langsung, akan meningkatkan investasi.

Penurunan tingkat suku bunga akan merangsang perusahaan atau pelaku bisnis untuk meminjam, kecuali jika dana untuk dipinjamkan tidak tersedia, tetapi permintaan terhadap pinjaman akan naik. Dengan demikian, dapat dikatakan penurunan tingkat suku bunga akan menaikkan investasi dan konsumsi (variabel lainnya ceteris paribus).

Penurunan produktivitas

Dari hasil survei, diketahui bahwa tiga variabel makroekonomi yang diteliti mengalami penurunan, satu tetap, dan satu lagi mengalami kenaikan. Yang mengalami kenaikan, menurut responden, adalah variabel pengangguran dan penyebabnya adalah tingkat produktivitas perusahaan.

Secara umum, penyebab penurunan produktivitas adalah peningkatan biaya produksi yang tidak dibarengi oleh ketersediaan dana untuk investasi dan penurunan tingkat permintaan barang.

Salah satu cara yang biasa dilakukan untuk mengatasi kenaikan biaya produksi, selain melakukan penghematan dengan menerapkan strategi yang efisiensi, adalah pengurangan jumlah karyawan.

Perusahaan yang terkena dampak langsung krisis biasanya langsung mengurangi jumlah karyawannya agar tidak terjebak pada ketidakpastian, sementara pengurangan jumlah karyawan juga akan mengurangi produksi.

Penurunan tingkat permintaan, secara umum, disebabkan oleh penurunan daya beli konsumen. Jika dihubungkan dengan tingkat pengangguran yang meningkat, wajar jika hal ini terjadi.

Kesimpulan

Penurunan tingkat suku bunga, penurunan tingkat inflasi, dan penurunan harga BBM (nilai tukar konstan/relatif sama), tidak akan sanggup menahan arus PHK akibat penurunan tingkat produktivitas.

Perlu dikaji lebih jauh seberapa besar tingkat suku bunga, inflasi, dan harga BBM yang sebaiknya diterapkan, mengingat jika hanya mengacu pada keyakinan responden semata, para pelaku bisnis tidak percaya kalau penurunan ketiga variabel makro itu akan mampu menahan arus PHK.

Teori ekspektasi Vroom (1964) mengatakan individu akan bertindak dengan satu cara tertentu berdasarkan harapan bahwa tindakannya akan diikuti oleh satu hasil keluaran yang given.

Jika daya tarik dari hasil keluaran individu dihubungkan dengan pilihan jawaban para responden, peluang pelaku bisnis membuat keputusan mengingat tahun ini cenderung konservatif, karena given outcome yang mereka yakini bakal terjadi tidak sesuai dengan harapan.

Hasil tersebut sama sekali tidak menarik untuk investasi atau penambahan modal sebagaimana yang dilakukan pada 2008. Artinya, ekspektasi ekonomi dan bisnis pada 2009 tidak akan lebih baik dibandingkan dengan 2008.

Bisnis Indonesia
Intelligence Unit

0 komentar:

Innovative PPC platform.

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP