Sunday, June 28, 2009

Perubahan Pola Persaingan Global


Pemfokusan kembali strategi ( Strategic Refocusing ) adalah suatu proses berkesinambungan yang dilakukan oleh organisasi untuk memperoleh peluang – peluang dan menghindari ancaman – ancaman yang diciptakan oleh lingkungan bisnis. Manajemen dapat merubah misi dasar dan ruang lingkup perusahaan.
Perubahan – perubahan dalam pasar terjadi karena pergeseran kebutuhan konsumen, pola persaingan baru dan perubahan dalam lingkungan bisnis global. Pengaruh ini terdiri atas perubahan kebijakan masyarakat, kekuatan sosial kemajuan teknologi dan kinerja ekonomi.
Strategi merupakan sarana organisasi yang digunakan untuk mencapai sebuah tujuan dan mengimplikasikan konsep manajemen dari lingkup bisnis, misi, maksud, dan tujuan. Komponen permasalahan strategi perusahaan :
  • Ruang lingkup, misi dan tujuan
  • Tujuan
  • Strategi pengembangan
  • Pengalokasian sumber daya
Jack Welch, Chariman General Electric, menekankan tentang kenyataan dari keunggulan “ jika kamu tidak mempunyai keunggulan bersaing, jangan bersaing ”. keunggulan bersaing seharusnya dipandang sebagai suatu proses yang dinamis ketimbang hasil akhirnya. Komponen keunggulan bersaing :
  • Sumber Keunggulan :
  1. Keterampilan
  2. Sumber daya
  3. Pengendalian
  • Keunggulan Posisi yaitu merupakan hasil produksi dengan biaya rendah atau diferensikan yang memberikan keunggulan nilai bagi konsumen.
  • Prestasi Hasil Akhir
Teknik analisis keunggulan yang berorientasi pada konsumen :
  • Analisis yang berorientasi pada konsumen yaitu Meliputi penentuan konsumen, pengidentifikasian nilai yang dicari pembandingan kinerja organisasi dengan pesaingnya dan pengidentifikasian alas an mengapa konsumen menganggap satu perusahaan lebih hebat dari yang lainnya.
  • Analisis yang berpusat pada persaingan yaitu Dua teknik yang diguanakan dalam analisis ini adalah analisis rantai nilai dan teknik patok duga.

Read more...

Metodologi Rekayasa Ulang Proses Bisnis


Menurut Manganelli dan Klein (1994 : 30) metodologi rekayasa ulang proses bisnis meliputi lima tahap, yaitu :
  1. Persiapan. Tahap ini dimulai dengan pengembangan dari persetujuan bersama yang telah disepakati oleh eksekutif pada terobosan tujuan dan sasaran, yang mewakili maksud untuk keberadaan organisasi serta proyek rekayasa ulang. Persiapan membentuk hubungan yang utama antara tujuan bisnis dan kinerja proses rekayasa ulang, dan mendefinisikan parameter proyek yang menyangkut jadwal, biaya, resiko dan perubahan organisasional. Pada tahap ini, teknik manajemen mengidentifikasikan : penetapan tujuan, fasilitasi, kelompok membangun, motivasi, manajemen perubahan, taksiran sendiri, taksiran lingkungan dan manajemen proyek.
  2. Identifikasi. Tahap ini mengembangkan model bisnis yang berorientasi pelanggan, mengidentifikasi proses strategi nilai tambah, dan peta organisasi, sumber daya dan volume untuk proses yang spesifik dan prioritas, serta merekomendasikan proses spesifik sebagai akibat target rekayasa ulang yang tertinggi. Teknik manajemen yang digunakan adalah model pelanggan, pengukuran kinerja dan analisis waktu siklus, proses model, integrasi pemasok dan program kerja sama, ananlisis alur kerja, peta organisasional, analisis biaya berdasarkan kegiatan, manajemen perubahan dan fasilitasi.
  3. Visi. Melihat peluang terobosan bisnis, analisis dan struktur sebagai visi dari perubahan radikal. Teknik manajemen yang digunakan adalah: ananlisis alur kerja, analisis proses nilai, benchmarking, manajemen perubahan, manajemen proyek dan fasilitasi.
  4. Pemecahan. Tahap ini dibagi dua, yaitu : (a) Rancangan Teknis: Tujuan tahap ini adalah untuk menetapkan dimensi teknis dari proses yang baru. Spesifikasi ini akan menghasilkan deskripsi tentang teknologi, standar prosedur, system dan kontrol bagi karyawan, perancangan interaksi elemen social dan teknik, persiapan perencanaan untuk pengembangan, perolehan, fasilitas, pengujian, konversi dan penyebaran. Teknik manajemen yang digunakan adalah analisis alur kerja, informasi teknik mesin, pengukuran kerja, strategik otomatisasi, manajemen perubahan, manajemen proyek dan fasilitasi; (b) Rancangan Sosial: Tujuannya untuk menetapkan dimensi social proses bisnis yang baru. Tahap ini menghasilkan gambaran tentang organisasi, staf, pekerjaan, jalur karir, insentif bagi karyawan, perancangan interaksi elemen teknik dan social, dan perencanaan awal untuk perekrutan, pendidikan dan pelatihan, organisasi ulang dan penyebaran ulang. Teknik manajemen yang digunakan adalah kekuasaan karyawan, acuan keahlian, kelompok membangun, mengatur ulang organisasional, danpeta organisasional, pekerjaan produksi, broadbanding, manajemen perubahan, manajemen proyek, fasilitasi, penghargaan karyawan dan insentif
  5. Transformasi. Tahap ini bertujuan untuk mewujudkan visi proses rekayasa ulang. Tahap ini adalah tahap akhir untuk melakukan implementasi pada perencanaan proses. Teknik manajemen yang digunakan adalah proses model, informasi teknik mesin, acuan keahlian, kelompok membangun, perbaikan terus-menerus, pengukuran kinerja, manajemen perubahan, manajemen proyek dan fasilitasi.

Read more...

Belajar Sukses


BELAJAR. Mendengar kata ini saja sebagian orang sudah merasa ”alergi”. Yang terbayang dibenak adalah setumpuk buku tebal yang membosankan. Banyak orang juga beranggapan bahwa mereka sudah lama lulus dari sekolah, jadi untuk apa belajar. Orang-orang tersebut berpikir demikian karena mereka tidak melihat ataupun belum menikmati manfaat dahsyat dari kegiatan ”belajar”.

Dalam berbisnis, belajar sudah menjadi keharusan. Tanpa belajar, pelaku bisnis dapat dipastikan akan jauh tertinggal dan tersingkir dari persaingan, karena belajar menumbuhkan inovasi, dan inovasi melahirkan perubahan positif yang diperlukan dalam berbisnis. Belajar pun harus dilakukan dengan cepat, bahkan jika mungkin, harus lebih cepat dari pesaing, dan dari perubahan yang terjadi. Jadi, untuk sukses di bidang apa pun yang kita tekuni, kita harus ”BELAJAR”. Belajar yang bagaimana yang bisa membawa sukses? Simak belajar untuk sukses berikut.

Manfaat Belajar
Menurut D.A Benton yang telah mensurvei para CEO (Chief Executives Officers) dari berbagai bidang industri, belajar merupakan salah satu kebiasaan penting para CEO sukses. Pemimpin perusahaan yang efektif senantiasa mengembangkan diri dengan belajar, karena mereka banyak mendapatkan manfaat dari kebiasaan sukses ini. Orang penting. Dengan banyak ”belajar” kita menjadi orang yang memiliki banyak pengetahuan. Orang sekitar kita pun akan melihat dan merasakan ”aset” pengetahuan yang kita miliki, sehingga mereka akan datang kepada kita untuk mendapatkan ”solusi” yang mereka cari. Dengan demikian, kita bisa menjadi orang yang diperlukan oleh orang-orang sekitar kita, karena dianggap dapat memberikan manfaat, solusi bagi mereka. Alhasil, kemungkinan besar kita tidak akan tersingkir dari persaingan di tempat kerja. Sebaliknya, pengetahuan kita yang terus bertambah tersebut akan bisa membuka kesempatan besar untuk melaju dalam karier, ataupun dalam persaingan bisnis.

Misalnya: Rini, yang memiliki banyak pengetahuan dan keterampilan, senantiasa menjadi andalan teman-teman, bahkan atasannya sebagai ”narasumber” dalam membantu mereka mengatasi berbagai masalah. Rini, yang memiliki pengetahuan bahasa Inggris paling baik di antara teman-temannya, dan pengetahuan yang luas dalam bidang pemasaran dan keuangan, selalu saja dimintai pendapat dalam membuat surat dan proposal bisnis penting untuk mitra asing, ataupun dalam menyiapkan presentasi bisnis dan negosiasi dengan calon pembeli. Atasan Rini pun selalu membawa Rini dalam pertemuan dengan mitra bisnis asing, ataupun dalam menghadiri pertemuan-pertemuan bisnis di luar negeri.

Keputusan berkualitas. Pengetahuan dan keterampilan yang kita dapatkan dari kebiasaan belajar, bisa menjadi alat ampuh dalam membantu kita mengambil keputusan yang berkualitas. Dengan kemampuan yang selalu disempurnakan, kita menjadi lebih bijak dalam melihat suatu permasalahan, karena bisa melihat permasalahan dari sudut pandang yang lebih luas. Hal ini membantu kita untuk menghasilkan alternatif solusi yang lebih beragam, dan lebih tajam karena didukung dengan pengetahuan dan keterampilan yang lebih kaya.

Misalnya: Toto, yang memiliki minat besar dalam bidang e-learning, beberapa bulan terakhir ini banyak membaca berbagai literatur di bidang pembelajaran elektronik. Ketika perusahaan IT tempat ia bekerja kemudian mengembangkan bisnis ke arah e-learning, ia diberi kepercayaan untuk pembuatan proposal pengembangan bisnis di bidang e-learning. Ditunjang dengan pendidikannya di bidang keuangan, keterampilan di bidang teknologi informasi, dan pengetahuan yang baru saja dipupuknya di bidang e-learning, Toto berhasil menyusun berbagai keputusan bisnis yang lebih berkualitas dan dengan derajat keyakinan sukses yang lebih tinggi.

Master of change. Pembelajaran senantiasa membawa perubahan, karena pengetahuan dan keterampilan yang baru, seseorang memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan. Di dunia bisnis yang diwarnai dengan perubahan yang cepat. Para pelakunya harus senantiasa menelurkan perubahan. Jika pelaku bisnis tidak berubah, maka mereka akan dilibas oleh perubahan tersebut. Sebaliknya, dengan senantiasa melakukan pembelajaran yang berkesinambungan, pelaku bisnis bisa menjadi pihak yang mengendalikan perubahan (master of change), bukan pihak yang menjadi korban perubahan.

Misalnya: Untuk memasuki bisnis teknologi tinggi yang penuh perubahan, pemain baru di industri ini haruslah menawarkan sesuatu yang baru agar bisa tampil sebagai pemenang. Inilah yang dilakukan oleh Michael Dell, pebisnis yang pada saat itu masih sangat muda. Pengetahuannya yang kuat di bidang perakitan komputer, serta kebiasaan belajarnya yang diperoleh dengan senantiasa mengamati perubahan yang terjadi di industri yang ditekuni, mendorong pemuda ini untuk berani tampil melibas pemain lama di dunia perakitan komputer. Cara baru yang cepat, unik, dan cerdas di tawarkan pada pelanggan, yaitu kesempatan untuk merakit komputer sesuai dengan kebutuhan sendiri, dengan harga yang relatif lebih murah, dan pengiriman yang lebih cepat.

Apa Yang Dipelajari
Okay. Sekarang kita sudah yakin bahwa belajar itu dapat mendatangkan banyak manfaat. Tapi, apa sih sebenarnya yang harus kita pelajari?
Yang diperlukan. Prioritas utama dalam pembelajaran tentunya adalah pembelajaran seputar topik-topik yang bisa langsung diperlukan untuk menunjang pekerjaan kita. Jika kita bergerak di bidang IT solution, tentunya kita harus banyak melahap literatur (buku, artikel, majalah) yang berhubungan dengan teknologi informasi. Kita juga bisa belajar dengan mengamati sepak terjang tokoh-tokoh bisnis IT ataupun perusahaan IT yang telah sukses di bidang masing-masing. Jika kita bergerak di bidang SDM, pastilah topik-topik pengembangan sumber daya manusia, dan pelatihan-pelatihan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia menjadi topik-topik utama yang perlu kita gali.

Yang menunjang. Selain mempelajari pengetahuan dan keterampilan yang secara langsung berkaitan dengan pekerjaan yang kita tekuni, kita juga bisa mempelajari pengetahuan dan keterampilan penunjang, yaitu yang bisa memberi nilai tambah bagi kualitas pekerjaan kita. Pengetahuan dan keterampilan bernegosiasi, berkomunikasi dengan efektif, menyusun anggaran, mengendalikan dan memimpin orang lain, project management, serta menyusun anggaran sudah pasti dapat membantu kita dalam menjalankan pekerjaan kita dengan lebih baik.

Yang disenangi. Pengetahuan dan keterampilan yang langsung terkait ataupun yang tidak langsung dapat menunjang pekerjaan kita memang sangat diperlukan. Tapi, yang juga kita perlukan adalah pengetahuan dan keterampilan yang dapat memberi kesenangan dan kenikmatan bagi kita. Biasanya pengetahuan dan keterampilan ini berkaitan dengan minat dan hobi kita. Jika kita adalah seorang akuntan, tapi memiliki minat besar di bidang otomotif, kita bisa saja melahap bahan bacaan, melakukan observasi tentang dunia otomotif. Jika, ternyata kita mendapat kesempatan untuk mengaudit sebuah perusahaan otomotif, kita sudah memiliki latar belakang kegiatan otomotif yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan kita. Jadi, galilah dan pupuk minat kita walaupun sepertinya tidak terlalu berhubungan dengan pekerjaan kita saat ini.

Yang meningkatkan kualitas watak. Yang juga perlu diingat dalam mencari hal-hal yang harus dipelajari, adalah tidak sekedar pengetahuan dan keterampilan ”teknis” semata. Yang lebih penting adalah melakukan pembelajaran dalam hal-hal yang dapat meningkatkan kualitas watak, misalnya: belajarlah juga bagaimana mengembangkan integritas, kejujuran, disipilin, keyakinan sukses, kepemimpinan dan komitmen. Semua ini bisa kita gali melalui pengamatan terhadap atasan, bawahan, teman sejawat, ataupun tokoh sukses di sekitar kita. Sumber lain yang juga sangat kaya akan hal-hal yang dapat meningkatkan kualitas watak adalah buku-buku biografi orang-orang terkenal.

Prinsip Belajar
Lalu, prinsip apa yang dapat kita terapkan dalam melakukan pembelajaran yang berkelanjutan? Ada dua prinsip yang harus kita perhatikan, yaitu:
Komitmen. Douglas Brown, seorang pakar bahasa, mengatakan bahwa jika ingin belajar dengan sukses, prinsip utamanya adalah komitmen, yaitu: komitmen secara fisik, mental, dan emosional. Prinsip ini tidak hanya berlaku bagi pembelajaran di bidang bahasa, melainkan juga di bidang-bidang lain. Menurut Brown, agar belajar memberikan hasil yang maksimal, seorang pembelajar perlu secara fisik memberikan komitmennya dalam belajar, misalnya dengan menyediakan waktu khusus untuk belajar, terlibat secara fisik dalam mencari bahan-bahan yang harus dipelajari, ataupun mencatat hal-hal penting yang ditemui dalam belajar. Komitmen secara mental juga diperlukan, yaitu dengan memproses informasi yang didapatkan (bukan sekedar mendengar informasi selintas, dari kuping kiri ke kuping kanan, atau membaca selintas tanpa menyimak). Komitmen secara mental bisa dilakukan misalnya dengan mengaitkan informasi yang baru diterima, dengan pengalaman kita, dan mencari cara ataupun kesempatan untuk menerapkan informasi baru ini untuk meningkatkan kualitas pekerjaan, kegiatan, dan kehidupan kita. Sedangkan komitmen secara emosional melibatkan upaya untuk ”menyukai” apa yang kita pelajari. Tanpa rasa ”senang” akan sulit bertahan dalam belajar, terutama jika kita menghadapi bagian-bagian yang sulit untuk dicerna. Kesenangan akan topik yang dipelajari akan tumbuh jika kita bisa mencari dan menggali manfaat dari topik yang dipelajari tersebut, atau jika kita memiliki minat yang tinggi terhadap topik tersebut.

Praktik. Prinsip lainnya adalah praktik. Mempraktikkan pengetahuan dan keterampilan yang baru dipelajari akan memberikan manfaat optimal bagi peningkatan kualitas hidup kita. Tanpa praktik, lama-kelamaan pengetahuan dan keterampilan tersebut akan menjadi usang. Seperti halnya belajar mengendarai mobil. Jika kita hanya ”membaca” dan ”memahami” petunjuk dalam mengendarai mobil, tanpa ada usaha untuk mencoba ”menjalankan” mobil tersebut, maka pengetahuan ini akan sia-sia, kita tidak akan bisa mengendarai mobil. Kita harus mau mencoba turun ke jalan. Pada mulanya pasti banyak hambatan, tapi dengan berjalannya waktu, dan keinginan untuk belajar dari tiap kesalahan yang kita lakukan, kita akan semakin mahir dalam mengendarai mobil. Jadi, pengetahuan dan keterampilan yang baru dipelajari, agar dapat memberikan manfaat yang optimal, perlu ”DIPRAKTIKKAN”.

Strategi Belajar Sukses
Setelah mengetahui manfaat belajar, apa yang harus dipelajari, dan prinsip yang bisa diterapkan untuk belajar, kita juga perlu mengetahui strategi belajar yang dapat memberikan hasil yang optimal. Banyak strategi belajar yang bisa kita pilih untuk diterapkan. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.

Belajar Efisien. Survei yang dilakukan terhadap orang-orang yang sudah mencapai posisi puncak membuktikan bahwa mereka memiliki kebiasaan ”belajar”. Pertanyaan selanjutnya: Bagaimana mereka bisa memiliki waktu belajar di tengah kesibukan mereka? Ternyata mereka bisa belajar kapan saja, dimana saja, dan dari siapa saja. Selain dari membaca buku, majalah dan surat kabar di rumah, mereka juga bisa memanfaatkan waktu menunggu, waktu makan siang, waktu di jalan (berkendaraan, maupun dalam penerbangan dan perjalanan dengan kereta api) untuk menambah ilmu.
Selain membaca, mereka juga memanfaatkan waktu mereka untuk melakukan observasi lapangan berbagai hal yang terjadi sekitar mereka. Cara lain yang mereka terapkan adalah mendengarkan informasi berbentuk ”audio” (kaset, CD) dalam perjalanan atau dalam melakukan pekerjaan lain. Mereka juga menyerap informasi penting dan menarik dari diskusi dengan sesama profesional, atasan, bawahan, pelanggan, guru, pelatih, dan juga dari pesaing. Mereka juga sering menyempatkan diri untuk menghadiri seminar, workshop, ataupun pelatihan singkat, ataupun menyempatkan waktu untuk meningkatkan diri melalui sarana elektronik (misalnya: anggota beberapa mailing list, memanfaatkan fasilitas e-learning).
Belajar Efektif. Seperti juga kepribadian, setiap orang memiliki gaya belajar yang berbeda. Ada yang lebih mudah belajar melalui audio. Ada yang lebih dapat menyerap informasi yang berupa tampilan secara visual. Ada juga yang lebih mudah menyerap informasi melalui gerakan. Selain gaya belajar yang dihubungkan dengan indera, gaya belajar juga bisa dihubungkan dengan waktu. Sebagian orang lebih mudah belajar di pagi atau siang hari. Sedangkan sebagian lagi lebih mudah belajar di malam hari. Yang penting adalah mengenali gaya belajar kita. Setelah itu kita bisa menyusun strategi belajar yang disesuaikan dengan gaya belajar kita.

Misalnya, jika kita lebih mudah belajar di malam hari dan kita cenderung lebih efektif menyerap informasi dalam bentuk visual, maka strategi belajar kita adalah belajar hal-hal yang serius di malam hari dengan menggunakan input visual ataupun memvisualisasikan informasi yang kita terima (misalnya, kita bisa menggambarkan informasi yang kita baca dengan diagram, simbol-simbol, flowchart, grafik, yang dapat mempermudah pemahaman kita akan informasi yang akan kita serap).

Belajar Bijak. Pengalaman (terutama kegagalan, kesuksesan, kesalahan) adalah guru yang terbaik. Jadi, jangan pernah melewatkan kesuksesan yang kita raih, kegagalan yang kita alami, dan kesalahan yang kita lakukan tanpa memetik pengalaman dari hal-hal tersebut. Tetapi waktu kita untuk belajar dari pengalaman sangat terbatas. Kita tidak akan bisa memanfaatkan semua waktu yang kita dapatkan untuk mempelajari semua yang kita perlukan. Untuk itu, kita perlu belajar cerdas dan bijak. Yang bisa kita lakukan antara lain adalah belajar tidak hanya dari pengalaman kita sendiri, terutama adalah belajar dari pengalaman orang lain. Banyak cara yang bisa dilakukan, antara lain adalah membaca biografi orang-orang sukses. Dari artikel, buku biografi setebal puluhan sampai ratusan halaman, kita bisa memetik pengalaman berpuluh-puluh tahun dari orang-orang yang riwayat hidupnya dibukukan. Cara lain adalah membaca hasil survei di bidang-bidang yang kita minati. Hasil survei memetakan data dan informasi yang diekstraksi secara profesional dari pengalaman orang lain juga. Cara yang lebih mudah adalah ”bertanya” pada orang-orang yang kita anggap lebih berpengalaman dari kita dalam bidang-bidang yang kurang kita kuasai. Dengan belajar dari orang lain, kita bisa melipatgandakan pengetahuan yang kita dapatkan (yaitu pengetahuan dari pengalaman kita sendiri ditambah dengan pengetahuan dari orang-orang lain).

Di dunia yang bergerak cepat, banyak perubahan terjadi. Untuk mengendalikan perubahan ini, kita perlu belajar. Tanpa belajar, kita tidak bisa mengejar perubahan tersebut. Dengan belajar pun, jika tidak dilakukan dengan kecepatan yang sesuai dengan kecepatan perubahan tersebut, belum tentu juga kita dapat bertahan. Jadi, belajar sudah merupakan suatu keharusan, tetapi yang lebih diperlukan adalah belajar untuk sukses, yaitu belajar dengan menerapkan strategi belajar efesien, efektif dan bijak. Selamat belajar!n

Read more...

Definisi Proses Bisnis


Proses bisnis dapat didefinisikan sebagai kelompok-kelompok dari keputusan-keputusan yang terkait dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mengelola sumberdaya-sumberdaya bisnis (IBM-BSP, 1984). Sementara itu, Menurut Manganelli & Klein (1994), proses bisnis didefinisikan sebagai: “Interrelated series of activities that convert business input into business output”. Masukkan dapat berupa material, peralatan, objek terukur lainnya, ataupun berbagai macam informasi yang kemudian diubah menjadi sejumlah keluaran yang diperlukan oleh penerima. Penerima terbagi menjadi konsumen internal (internal consumer) dan konsumen luar (eksternal consumer). Konsumen internal dapat berupa departemen, kelompok, atau sejumlah peralatan dan mesin. Sedangkan konsumen luar adalah orang atau organisasi yang membayar untuk mendapatkan produk atau pelayanan yang diperlukan. Selain itu penerima juga dapat berupa lokasi tempat keluaran disimpan untuk kebutuhan yang akan datang.

Aktivitas terbagi menjadi tiga tipe (Manganelli & Klein, 1994), yaitu:
  1. Value-adding activities yaitu aktivitas yang penting bagi konsumen
  2. Hand-off activities yaitu aktivitas yang dilakukan lebih dari satu bagian dan memiliki aliran aktivitas yang terkait antar bagian, baik secara fungsi, departemen atau organisasi
  3. Control activities yaitu aktivitas yang dibuat untuk mengontrol hand-off activities Proses dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: proses strategis dan proses yang memberikan nilai tambah. Proses strategis terintegrasi dengan bagaimana perusahaan mendefinisikan dirinya sendiri. Proses yang memberikan nilai tambah adalah proses yang penting bagi keinginan dan kebutuhan konsumen dan mereka mau untuk membayarnya.
Klasifikasi Proses Bisnis
American Productivity and Quality Center (APQC) membuat pengklasifikasian
proses bisnis menjadi :
  1. Kategori, merupakan tingkat tertinggi dalam klasifikasi proses bisnis, diberikan nomor item, seperti : 1.0 dan 3.0.
  2. Kelompok Proses, merupakan item dalam klasifikasi proses yang dipertimbangkan dalam satu daerah proses, diberikan nomor item dengan satu desimal, seperti : 8.1 dan 9.1
  3. Proses, merupakan item dalam klasifikasi proses yang dipertimbangkan sebagai suatu proses, diberikan nomor item dengan dua desimal, seperti : 8.11 dan 9.12
  4. Aktivitas, merupakan semua item yang dipertimbangkan sebagai aktivitas-aktivitas di dalam suatu proses, diberikan nomor item dengan tiga decimal atau lebih, seperti : 8.3.1.1 dan 9.1.1.1
Klasifikasi proses bisnis yang dikembangkan oleh APQC ini ditujukan untuk menjadi model bagi perusahaan yang memungkinkan organisasi untuk melihat aktivitas-aktivitas berdasarkan sudut pandang dari beberapa industri lainnya.
Pengklasifikasian proses bisnis ini sebagai bahan perbandingan untuk mengembangkan pendefinisian, proses-proses, dan pengukuran untuk proses perbaikan. Klasifikasi proses APQC mewakili serangkaian proses yang saling berkaitan secara sosiotechnical secara alami, penting untuk bisnis, dan mewakili enam dimensi utama dari organisasi, yaitu : komunitas/fungsi pengetahuan, proses-proses, isi, pasar, budaya, dan struktur organisasi. Klasifikasi proses bisnis yang dikembangkan oleh APQC berdasarkan lebih dari 80 organisasi yang memiliki keinginan untuk mengembangkan usahanya dengan menggunakan metode benchmarking di seluruh dunia.

Secara umum proses-proses tersebut dibagi menjadi dua bagian besar yaitu :
• Proses Operasional
• Proses Manajemen dan Pendukung

Read more...

Konsep Customer Value


Konsumen adalah raja. Suatu ungkapan yang sangat familiar di telinga dan pikiran semua orang. Di dunia pemasaran ungkapan tersebut menjadi suatu harga mati yang harus diterapkan. Bahkan begitu merasuknya dalam praktek keseharian, ungkapan tersebut sudah menjadi lelucon atau bahan olokan bagi pelaku bisnis. Tidak sedikit konsumen salah menafsirkan ungkapan tersebut sehingga lagak, gaya dan tuntutannya benar-benar mengidentikkan diri sebagai seorang raja. Segala sesuatu harus dilayani dengan sempurna. Kejadian dan sikap berlebihan tersebut seringkali menjadikan seorang karyawan merasa dongkol dan berdampak pelayanan yang diberikan tidak sesuai ketentuan perusahaan.

Pada hakekatnya konsumen yang menghidupi seluruh karyawan. Perusahaan memproduksi barang atau jasa ditujukan kepada konsumen. Konsumen membayar manfaat yang diperoleh dari produk barang atau jasa yang dinikmatinya. Bila pasar berjalan dengan sempurna, di mana konsumen mempunyai banyak pilihan untuk memenuhi kebutuhannya, maka produsen harus benar-benar mengetahui apa yang dibutuhkan konsumen. Produsen yang mampu memahami dan memenuhi kebutuhan konsumen, dan konsumen merasa puas terhadap kinerja dan layanan yang diberikan akan mampu bertahan di era global. Konsumen merupakan faktor kunci sukses (key succes factor/KSF).

Memahami karakteristik konsumen merupakan hal yang sangat fundamental. Maka pola pikir yang dibangun perusahaan atau organisasi juga harus mengikuti logika konsumen. Pada tataran ini akan timbul konsep yang dikenal dengan customer value (nilai konsumen). Mulyadi (2001:230) mendefinisikan customer value sebagai selisih antara manfaat yang diperoleh konsumen dari produk barang atau jasa yang dikonsumsi dengan pengorbanan yang dilakukan konsumen untuk memperoleh manfaat itu. Manfaat yang diperoleh dan pengorbanan yang dilakukan oleh konsumen ditentukan oleh tingkat kualitas hubungan yang dibangun antara produsen dan konsumen.
Praktik di dunia pemasaran dan jasa tersebut juga terjadi di ranah perpustakaan. Pembeli atau konsumen di perpustakaan disebut pengunjung atau pemakai (user). Perpustakaan harus jeli melihat pasar dan menentukan segmentasi pemakainya. Di perpustakaan perguruan tinggi, sivitas akademika perguruan tinggi merupakan segmen utama yang harus dilayani. Pada perpustakaan umum pemakai utamanya adalah penduduk di wilayah perpustakaan umum tersebut, terutama penduduk yang tidak dapat lagi memperoleh akses pada pendidikan formal

Read more...

Saturday, June 27, 2009

Pelaku bisnis lebih memilih konservatif


Untuk mendapatkan gambaran mengenai ekspektasi pelaku bisnis tahun 2009, Bisnis Indonesia menjaring pandangan para pemilik dan eksekutif perusahaan, melalui Survei ekspektasi ekonomi dan bisnis 2009, yang dilakukan pada kurun 23-31 Desember 2008. Berikut laporan hasil survei tersebut.

Kondisi sosial, termasuk bisnis, pada dasarnya terbentuk akibat keputusan yang diambil dan dijalankan oleh sekumpulan orang. Kondisi yang terjadi memengaruhi penilaian, pemahaman, ekpektasi hingga keputusan lebih lanjut, di mana keduanya memiliki hubungan yang timbal balik.

Kondisi bisnis dapat dibagi atas dua siklus, yaitu resesi dan boom, merujuk pada Pigou dalam Pigou's Theory of cycles (1926). Namun, dalam teori ini ada dua persyaratan yang harus dipenuhi jika hendak mengembangkan satu model siklus Pigou.

Pertama, partisipan harus memperoleh sinyal mengenai produktivitas masa depan yang akan membimbing untuk meningkatkan permintaan investasi. Kedua, peningkatan permintaan investasi harus sesuai dengan peningkatan tenaga kerja, bukan penurunan konsumsi.

Atas dasar itu, survei Ekspektasi ekonomi dan bisnis 2009 ingin mengetahui produktivitas dengan menggunakan lima variabel makro, yaitu tingkat suku bunga, inflasi, pengangguran, harga bahan bakar minyak (BBM), dan nilai tukar rupiah. Survei ini menjaring 57 responden dari pemilik, pemimpin, dan pengelola perusahaan finansial dan nonfinansial di Indonesia.

Sebaran responden adalah pemilik (19,29%), eksekutif puncak perusahaan (CEO/CFO) sebanyak 54,38%, vice president/general manager (17,54%), dan sisanya manager sebanyak 8,77%.

Pembatasan ini agar diperoleh responden yang memiliki pengetahuan dan peran penting dalam pengambilan keputusan dan tindakan bisnis, yang lebih jauh dapat memengaruhi kondisi bisnis pada masa depan. Dengan demikian, jawaban yang diberikan relatif relevan.

Selain itu, lima variabel yang ditanyakan selalu ada dalam konteks bisnis dan ekonomi. Lebih jauh, kondisi variabel itu akan memengaruhi keputusan bisnis.

Hasil temuan

Dari hasil pengolahan data, sebanyak 58,6% responden menyatakan tingkat suku bunga bank [SBI] pada 2009 akan lebih rendah dibandingkan dengan tingkat suku bunga rata-rata pada tahun lalu. Para responden (41,2%) menyatakan penurunan ini disebabkan oleh tekanan suku bunga internasional.

Mengenai tingkat inflasi, para responden (43,1%) menduga akan lebih rendah. Sebanyak 44% responden mengatakan penurunan inflasi itu disebabkan oleh penurunan tingkat suku bunga bank sentral.

Sejalan dengan tren yang sudah terjadi, sebanyak 60,3% responden melihat harga BBM akan menurun. Penyebabnya, 65,7% menyebutkan akibat perubahan struktur permintaan dan penawaran terhadap BBM.

Sebaliknya, sebanyak 46,6% responden memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap US$ akan relatif sama. Penyebabnya, menurut 44,4% pelaku bisnis yang disurvei, adalah tingkat suku bunga bank.

Temuan yang signifikan adalah ekspektasi terhadap tingkat pengangguran, di mana hampir seluruh responden (94,8%) menyebutkan pengangguran akan meningkat akibat penurunan produktivitas perusahaan (lihat tabel 3).

Peran tenaga kerja, selain sebagai penentu produktivitas, sekaligus sebagai konsumen yang membeli berbagai produk yang dihasilkan.

Mengikuti 'law of large number', yaitu kemungkinan kelompok yang lebih besar untuk terjadi lebih besar dari kelompok yang lebih kecil, hasil survei ini dapat diperlakukan sebagai rasional herding (kecenderungan untuk mengikuti suara terbanyak), atau sebagai satu information cascades dalam proses pengambilan keputusan.

Secara kontekstual, jika satu keputusan yang diambil didasarkan pada keyakinan, pemahaman, dan ekspektasinya, penurunan tingkat suku bunga, secara langsung ataupun tidak langsung, akan meningkatkan investasi.

Penurunan tingkat suku bunga akan merangsang perusahaan atau pelaku bisnis untuk meminjam, kecuali jika dana untuk dipinjamkan tidak tersedia, tetapi permintaan terhadap pinjaman akan naik. Dengan demikian, dapat dikatakan penurunan tingkat suku bunga akan menaikkan investasi dan konsumsi (variabel lainnya ceteris paribus).

Penurunan produktivitas

Dari hasil survei, diketahui bahwa tiga variabel makroekonomi yang diteliti mengalami penurunan, satu tetap, dan satu lagi mengalami kenaikan. Yang mengalami kenaikan, menurut responden, adalah variabel pengangguran dan penyebabnya adalah tingkat produktivitas perusahaan.

Secara umum, penyebab penurunan produktivitas adalah peningkatan biaya produksi yang tidak dibarengi oleh ketersediaan dana untuk investasi dan penurunan tingkat permintaan barang.

Salah satu cara yang biasa dilakukan untuk mengatasi kenaikan biaya produksi, selain melakukan penghematan dengan menerapkan strategi yang efisiensi, adalah pengurangan jumlah karyawan.

Perusahaan yang terkena dampak langsung krisis biasanya langsung mengurangi jumlah karyawannya agar tidak terjebak pada ketidakpastian, sementara pengurangan jumlah karyawan juga akan mengurangi produksi.

Penurunan tingkat permintaan, secara umum, disebabkan oleh penurunan daya beli konsumen. Jika dihubungkan dengan tingkat pengangguran yang meningkat, wajar jika hal ini terjadi.

Kesimpulan

Penurunan tingkat suku bunga, penurunan tingkat inflasi, dan penurunan harga BBM (nilai tukar konstan/relatif sama), tidak akan sanggup menahan arus PHK akibat penurunan tingkat produktivitas.

Perlu dikaji lebih jauh seberapa besar tingkat suku bunga, inflasi, dan harga BBM yang sebaiknya diterapkan, mengingat jika hanya mengacu pada keyakinan responden semata, para pelaku bisnis tidak percaya kalau penurunan ketiga variabel makro itu akan mampu menahan arus PHK.

Teori ekspektasi Vroom (1964) mengatakan individu akan bertindak dengan satu cara tertentu berdasarkan harapan bahwa tindakannya akan diikuti oleh satu hasil keluaran yang given.

Jika daya tarik dari hasil keluaran individu dihubungkan dengan pilihan jawaban para responden, peluang pelaku bisnis membuat keputusan mengingat tahun ini cenderung konservatif, karena given outcome yang mereka yakini bakal terjadi tidak sesuai dengan harapan.

Hasil tersebut sama sekali tidak menarik untuk investasi atau penambahan modal sebagaimana yang dilakukan pada 2008. Artinya, ekspektasi ekonomi dan bisnis pada 2009 tidak akan lebih baik dibandingkan dengan 2008.

Bisnis Indonesia
Intelligence Unit

Read more...

New Colosal


Salam Sejahtera…


Informasi sangat dibutuhkan dalam menghadapi persaingan global karena memerlukan analisis terhadap segala kekuatan yang terjadi saat ini, bisnis dan strategi pemasaran pun perlu dirubah untuk memperoleh peluang - peluang yang maksimal serta menghindari ancaman yang merugikan.

Dominasi pembeli, perubahan teknologi yang cepat, persaingan global yang gencar, deregulasi, dan perubahan sosial menimbulkan tantangan dan peluang baru dalam pelaksanaan bisnis. Pelaku bisnis harus merancang strategi pemasaran dan tahu tentang “bagaimana, kapan, dan dimana akan bersaing.”

Mudah - mudahan yang terkandung dalam newcolosal.blogspot.com bisa menjadi sebuah bahan pertimbangan dalam melakukan usaha atau bisnis dan menjadi masukan untuk menambah wawasan ilmu.

Sukses Selalu

Read more...
Innovative PPC platform.

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP